This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 Desember 2014

MAN Tuban Sabet Dua Gelar Di Final TFAS 2014



TFAS: Tim futsal MAN Tuban juara 1 Turnamen Futsal Antar SMA Sederajat 2014

UNIROW- Final turnamen futsal antar SMA sederajat (TFAS) antara tim futsal Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tuban melawan tim futsal SMK YPM Tuban berakhir dengan skor 4-0. Kemenangan ini juga membawa tim futsal MAN Tuban menggeser posisi SMK TJP Tuban yang menjadi juara TFAS tahun lalu.

Kemenangan tim futsal Man Tuban difinal Selasa sore (30/12/2014) tak hanya menjadi juara I TFAS namun gelar pemain top skor juga direbut oleh salah satu pemain dari tim futsal MAN Tuban ini.

“Muhammad Antok Mubarok menjadi pemain top skor di TFAS tahun ini dengan mencetak 6 gol,” papar Ketua BIORA (Eko Widiarto).

Prestasi yang di raih oleh MAN Tuban kali ini bukan hanya keberuntungan ataupun kebetulan saja namun, persiapan yang matang dan latihan yang rutin menjadi kunci kesuksesan Tim.

“Kami sangat senang mbak atas kemenangan ini karena sudah kami persiapkan setahun lalu,” terang Pembina Tim futsal MAN Tuban (Kusmiharto) saat ditemui oleh wartawan WASKITA.

“Tim kami melakukan latihan rutin seminggu sekali, selain itu juga untuk persiapan PORSENI CUP yang diikuti siswa kelas dua dan kelas tiga yang turut main di final ini,” tambahnya.

Acara TFAS tersebut menjadi acara tahunan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bidang Olahraga (BiORA) UNIROW Tuban, yang kali ini dapat dikatakan berjalan lancar dengan jumlah peserta 15 tim futsal SMA sederajat. Dengan mengusung tema Tunjukkan Sportifitas dan Eratkan solidaritas, turnamen ini dimulai sejak tanggal 22 Desember dan ditutup dengan final tanggal 30 Desember 2014.

“Walaupun pelaksanaan TFAS bersamaan dengan Ujian Akhir Sekolah (UAS) kami senang karena dapat berjalan lancar sampai di final,” tegas Ketua pelaksana TFAS 2015 (Awid Adi) setelah usai acara penyerahan trofi juara.

“Saya berharap TFAS tahun depan dapat berjalan dengan baik dan melahirkan generasi futsal pelajar unggulan Kabupaten Tuban, ” tambahnya. (Harmini)

Senin, 29 Desember 2014

Pelatihan Menulis Berita Jelang Diklat Lanjutan

Waskita: Pelatihan Menulis berita di panggung budaya Unirow Tuban

Tuban- Menjelang Pendidikan dan latihan (Diklat) lanjutan pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Waskita adakan pelatihan menulis berita secara cepat di kampus Manunggal Unirow Tuban, Jawa Timur.

Acara tersebut dilaksanakan untuk mengasah kemampuan dan ketrampilan anggota baru LPM sebelum mengikuti Diklat lanjutan yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 7 Januari mendatang.

“Pelatihan menulis tersebut untuk mengasah ketrampilan anggota baru LPM”, terang Koordinator Penelitian dan Pengembangan LPM (Harmini) pada hari Sabtu (20/12/2014).

LPM yang bergerak dibidang jurnalistik sebelumnya juga mengadakan acara belajar bareng dan diskusi terkait dengan beberapa materi dasar yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengalaman anggota baru periode 2014/ 2015.

“Sebelum pelatihan menulis ini kami juga mengadakan belajar bareng dan diskusi di luar kampus”, tambahnya.

Acara yang seharusnya diikuti oleh seluruh anggota baru tersebut tidak sesuai dengan rencana Harmini. Pasalnya, sebagian anggota baru LPM banyak yang absen karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan beberapa anggota ada yang bekerja separuh waktu.

“Ada 11 yang ikut lainnya absen karena hujan dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan”, ujarnya di sela-sela acara berlangsung.


“Akhir dari persiapan menjelang diklat lanjutan ditutup dengan Pelatihan Lay out berita yang sudah terangkum  dalam silabus pendidikan anggota baru setelah Diklat dasar kemarin (6/11/2014)”, tambahnya.

Kamis, 18 Desember 2014

IRONIS, PERINGATAN HARI BUKU MASIH SANGAT ASING

 Banyak yang tidak tahu tanggal 23 April adalah hari buku sedunia. Ditilik dari sejarahnya, pada tanggal tersebut, Beberapa tokoh yang berpengaruh dalam kesusastraan dunia, seperti Miguel de Cervantes, William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega. meninggal dunia.

Maka, tanggal tersebut menjadi symbol bagi dunia sastra. Akhirnya sebagai bentuk apresiasi terhadap sastrawan dan pengarang yang telah banyak memberikankontribusi terhadap kehidupan manusia. Tanggal ini dijadikan sebagai Hari Buku Sedunia.

Namun, sangat beda ketika perayaan hari Valentine. Tanpa terkecuali di kalangan kaum muda. Tak mau melewatkan moment yang kasih sayang yang dirayakan tiap 14 Februari. Saling Bertukar kado atau pesta menjadi symbol perayaan mereka. Seolah Hari Buku terkesan kurang diperhatikan.
Dari fakta yang terdapat, tak khayal hal ini pula yang menyebabkan semakin menurunnya minat baca anak bangsa, sehingga perhatian terhadap buku kurang bahkan tidak ada. 

Semua itu memang disebabkan banyak factor, selain itu buku dan aktifitas yang terkait dengannya. Seperti membaca dan menulis tidak popular dikalangan masyarakat . Mungkin telinga kita sudah tidak asing mendengar ungkapan, buku adalah jendela dunia. Membaca adalah kunci ilmu. 

Sedangkan gudangnya ilmu adalah buku.

Sepintas ungkapan itu hanya sederhana damun didalamnya mengandung makna yang sangat penting bahwa membaca (iqra’) ternyata merupakan perintah Allah SWT  kepada seluruh umat manusia. Sebagaimana tertuang dalam Qs Al-Alaq (96) ayat 1-5. Hanya saja ungkapan tersebut belum disadari sepenuhnya. 


Melalui hari buku ini di harapkan kepada masyarakat khususnya mahasiswa Unirow untuk lebih aktif lagi untuk bersahabat dengan buku. Memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang dilengkapi fasilitas yang memadai, pun sudah berbasis Informassi Teknologi (IT) dan online. Dengan demikian tanpa harus ke perpustakaan dulu, melalui online sudah bisa mengecek ketersediaan buku yang diinginkan.
(Mini)

CERPEN


Salam Rinduku Untuk Ayah

Malam yang merambat pelan dalam kesunyian. Dingin menelusup melalui sela- sela dedaunan yang merimbun bergoyang  tertiup angin. Dingin memang terasa  beku menusuk tulang. Aku masih  duduk  di sini di tepi pembaringan  kamarku. Sayup sayup terdengar  alunan lagu ayah dari crisye mengantarkan hening ke telinga. Sair demi sair seolah menghujam  dalam otak. Sebuah lagu yang bercerita akan kerinduan seorang ayah. Ya, rindu kata itu mungkin terlalalu manis untuk di dengar. Namun itu seperti halnya berputar balik untukku memaknai nya. Alunan lagu dengan nada sendu beradu hebat dalam kepenatan.

Kerinduan telah membekukan kelam malam. Namun kantuk masih enggan bersahabat. Aku terkapar dalam kegelisahan yang tersaji di sudut kamar. Malam yang gerah perlahan membawa pikiran dalam persetubuhan otak yang tak pernah klimaks. Menghidangkan keresahan atas kehidupan yang telah kutempuh lebih dari seperlima abad. Tiba-tiba pikiran ganjil bin aneh menusuk-nusuk tempurung kepala. Aku ingin berteriak keras, melepas penat yang menggumpal dalam otaku. Urat-urat menegang mengejang. Tiba-tiba muncul sebuah bayang bayang yang menari di mata. Sesosok tubuh yang terbalut bayangan  suram yang sulit  untuk ku ingat wajahnya. Hari yang di mana menjadi hari terakhir. Sebuah kecelakaan yang harus merenggut nyawa. Butiran air mata luka menghiasi setiap derap langkah kaki. Rumah yang semula kosong berubah menjadi jeritan duka. Aku yang dengan tampang  polosku seolah tak mengerti apa yang terjadi siang itu. Aku di dekatkan dengan ayah yang sudah terbujur lemas. Hanya dengan isyarat mata ayah memandangiku. Mendekap seolah berat untuk meninggalkan.Kecupan terakhir menjadi symbol pamitannya dan tertutuplah mata ayah untuk selamanya. Aku dan ibu mengantar jasad mendiang ayah di peristirahatan terakhir. Pepohonan yang bergoyang seakan merasakan duka. Burung burung yang berkicau seolah ikut mengucapkan kalimat tahlil yang akan mengiringi langkah ayah menuju alam barzah sana. Penaburan bunga mengakhiri prosesi pemakaman sore itu. Aku bersama ibu menaburkan bunga di atas kuburan yang masih harum semerbak. Air mata luka masih menghiasi pipi ibu. seolah merubah sore  itu menjadi malam dengan balutan awan hitam yang kelam. Hanya satu memori itu yang masih terekam dalam otakku. Walau seperti mengingat  bayangan semu abu abu. Entah dengan cara apa aku harus mengingatnya . Terlalu sulit ketika harus mengingat kembali wajah dalam memori siang itu. Akan tapi di situlah kebesaran Tuhan di mana aku masih di beri satu ingatan untuk mengingat moment terakhir itu.

 Entahlah apa yang ku fikirkan. Mungkin aku lelah, aku capek. Hanya itu yang kurasakan. Dan dalam hati hanya ingin ku panggil “ayaaahhhhhhh”. Memang benar, aku rindu, aku ingin bercerita, aku ingin di peluk. Bisakah  kau hadir malam ini, aku ingin berbagi. Lihatlah gadis kecilmu ini, kini sudah beranjak dewasa, tanpamu dia mejadi sosok yang mandiri, dia kuat, dia hebat ayah, gumamnya. Rindukah engkau dengannya? Pertanyaan pertanyaan yang terlalu abstrak untuk di tanyakan. Hanya bayangan bayangan semu yang tak pernah terlihat jelas wajahnya. Seperti membayangkan seseorang tanpa rupa. Karena memang aku yang dari kecil  tak pernah melihat sosoknya, hanya lewat cerita bunda aku mengenal dan hanya dapat mengenangnya.

 Dua tahun mungkin dapat dibilang usia yang terlalu dini ketika aku harus mengingat. Seandainya ada tempat untuk  menyimpan memori, mungkin aku masih bisa mengingat saat aku masih di timang timang, di manjakan, di dekap. Disitulah mungkin aku merasakan kasih sayang seorang ayah yang ku rindukan. Haruskah aku meminta waktu itu kembali, arrggghhhh itu terlalu absurd. Karena ini semua sudah ada dalam skenarioNYA. Mungkin bukan di dunia ini aku di pertemukan dengannya. Mungkin di surga, tempat yang penuh cinta, penuh kasih, penuh damai dan terasa indah.

 Ku tengok jam mungil yang bersandar pasrah di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul  19.00, belum terlarut malam sebenarnya. Tetapi sunyi  terasa mencengkeramku dalam dunia asing yang seakan senyap. Malam ini seolah ada yang menghipnotis untuk tak beranjak lenyap dalam mimpi. Entahlah, semua masih bersanding dengan bayang bayang rindu yang menggeletar  menampar nuraniku. Serasa menahan peluh yang bergelantungan di kelopak mata, namun akhirnya jatuh juga. Lagi lagi aku menangis, terlalu cengeng memang ketika harus di hadapkan dengan kerinduan  ini. Rindu  yang menyakitkan. Harusnya rasa rindu ini sudah mati, bukankah perpisahan ini sudah cukup lama? Namun waktu belasan tahun itu seolah tak kan bisa beranjak pergi. Betapa butuhnya aku sosok pemimpin, sosok laki laki yang bisa membimbingku, mungkin itu yang membuat rasa ini terlalu kuat.

   Jarum jam berputar membawa waktu semakin malam. Purnama di atas cakrawala bersinar menyirami bumi dengan cahaya keemasannya. Tuhan, pertemukan aku pada sosok itu, walau hanya di episode mimpiku. Waktu menunjukkan pukul 22.00. Ku pandangi kembali jam mungil itu. Tidak lelahkah engkau wahai jarum jam yang berputar tanpa henti. Seandainya kamu bisa mendengar curahanku, aku ingin memintamu untuk berputar ke belakang. Aku ingin sekejab saja ada di hari itu. Dimana hari yang penuh kasih dan aku masih ingin bercerita banyak tentang apa yang telah aku alami. Tahukah engkau cerita apa yang ingin ku sampaikan. Apakah kamu akan bercerita bahwa kamu menyesal menjadi kerinduan pada orang yang tak terlihat lagi. Jarum jam yang selama hidup kamu harus bergerak dengan irama sama. Aarrgghh … mungkin kamu tidak akan menyesal, karena kamu yang takkan mungkin menengok ke belakang lagi. Karena kamu, dunia mengenal waktu dengan tiap detik yang kau ayunkan. Bukankah waktu sangat amat berharga. Aaargghhh… waktu, kamu memang tak terlihat. Tapi kamu bisa terbaca bahkan kamu bisa menjawab pertanyaan yang tak bisa terjawab.

              Kerinduan ini menjadi semakin menebal. Seiring malam mengantar kesunyian menjemput dini hari. Perlahan tapi pasti berarak menepi. Alunan lagu ayah masih terdengar hening mengisi sunyi. Kerinduan ini ku tujukan padamu ayah. Wahai sosok raga yang mengguncang mimpi hari hari ku. Kuterbangkan bersama suara suara kesunyian malam. Agar sampai kepadamu, kepada sosok yang menghadirkan aku ke dunia. Keresahan mengisi langit malamku dengan sejuta tetes air mata kerinduan. Juga dengan sejumput do’a agar aku masih bisa menatap mentari. Mengarungi hari dengan semua mimpi. Indah fajar hari yang merekah jingga di timur cakrawala. Aku merindukan itu, meridukan embun pagi yang menggantung laksana kristal pada pucuk pucuk daun. Merindukan mentari pagi menyapa bumi. Ahhhh.. aku merindukan semua itu. Sebuah rindu yang tak berujung adalah saat merindukan seseorang yang sudah tak terlihat lagi. Meski terlihat nyata kasih sayangnya semasa hidup. Kini aku sendiri menjaga kasih kasih sayangnya. Aku disini tak kan mengecewakan. Walau aku belum sempat membahagiakan mu. ku yakin engkau tersenyum indah di surga sana .Hanya do’a yang mampu menjadi obat kerinduanku. Ayahh miss u.

“Dimana akan ku cara , aku menangis seorang diri. Hatiku selalu ingin bertemu.
Untukmu aku bernyanyi.Untuk ayah tercinta…..aku ingin bernyanyi….Walau air mata di pipiku…..Ayah dengarkanlah…aku ingin berjumpa…..walau hanya dalam mimpi.

Lihatlah hari berganti, namun tiada seindah dulu. Datanglah aku ingin bertemu, Denganmu aku bernyanyi.”

By: Harmini

Cerita di Balik Kegigihan Bapak Pendidikan Nasional


KI HAJAR DEWANTARA

www.Google.com

Beliau lahir dari sebuah keluarga keraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sesuai dengan latar belakang keluarganya beliau memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerdjaningrat (dalam EYD: Suwardi Suryaningrat) dan beliau meninggal di usianya 69 tahun tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Sebagai seorang pribu,i yang lahir di keluarga keraton Soewardi bukan tipikal orang yang senang menikmati kekayaan yang dimilikinya namun beliau merupakan salah satu aktivis pergerakan perjuangan anti kolonialisme.

Raden Mas Soewardi Soerdjaningrat saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan tahun Caka beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu Ki Hadjar Dewantara tidak pernah menggunakan gelar kebangsawanannya di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya beliau dapat bebas dekat dengan rakyat baik secara fisik, maupun hatinya.

Soewardi dapat dikatakan sebagai salah seorang pribumi yang beruntung karena dengan latar belakang dari keluarga keraton beliau menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda) kemudian semapat juga melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), namun tidak sampai tamat karena beliau sakit.

Semasa muda beliau juga sempat berprofesi sebagai wartawan dan penulis di berbagai surat kabar antara lain Sediotomo, Midden java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara, pada masanya beliau tergolong penulis handal tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat kemerdekaan.

Aktifitas Pergerakan

Beliau juga banyak ikut dan aktif diberbagai organisasi diantaranya aktivis pergerakan kemerdekaan indonesia, kolumnis, politisi dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi indonesia dari zaman penjajahan belanda. Selain itu juga aktif dalam organisasi sosial politik salah satunya organisasi Boedi Oetomo (BO) yang berdiri pada tahun 1908, Soewardi juga aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat indonesia (terutama Jawa) terkait pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Semasa mudanya beliau sudah menunjukkan aktifitas pergerakan yang menyemanagati rakyat untuk berjuang dan melawan ketertindasan selama ini. Selain mengikuti organisasi BO Soewardi juga menjadi anggota organisasi Insulinde yaitu organisasi multietnik yang didominsasi kaum indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Styabudhi)/(DD).

Tak cukup sampai disitu saja pergerakan Soewardi, beliau mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme indonesia pada tanggal 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang dikenal sebagai Tiga Serangkai yang memiliki tujuan mencapai indonesia merdeka.

Awal Perseteruan Terhadap Belanda

Untuk melegalkan status hukum Indische Partij Soewardi berusaha mengurus perijinan kepada pemerintahan kolonial Belanda. Namun proses tersebut tidak semudah yang dibayangkan, pemerintah kolonial Belanda melaui Jendral Idenburg menolak pendaftaran yang diajukan oleh Soewardi pada tanggal 11 Maret 1913 dengan sebab, organisasi tersebut dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme dan kesatuan rakyat untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Namun, semangat dan tekad Soewardi tidak sekecil itu untuk menghentikan langkahnya. Tercatat pada bulan November 1913 Soewardi membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk mengkritik pemerintahan Belanda. Salah satu caranya dengan menerbitkan tulisan yang berjudul “Als lk Eens Nederlander Was” (Seandainya aku seorang Belanda) dan “Een voor Allen maar ook Allen voor Een” ( Satu Untuk Semua tetapi Semua untuk Satu Juga) dimana kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker.

Karyanya:

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh Si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu ! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”

Tulisan-tulisan yang di terbitkan di de Expres menuai tanggapan negatif dari pihak pemerintahan Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap “Tiga Serangkai” tersebut.

Sisi Terang Negeri Pengasingan.

Sebuah pengasingan terhadap “Tiga Serangkai” tidak semuanya meninggalkan cerita buruk walaupun rencana awal ketiganya akan diasingkan ditempat yang berbeda Soewardi/ Ki Hajar Dewantoro diasingkan ke pulau Bangka (atas permintaan sendiri) dan Douwes Dekker diasingkan di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo di buang ke pulau Banda. Namun dengan upaya dan tekad yang keras akhirnya mereka menghendaki untuk dibuang ke Negeri “Kincir Angin” (Belanda).

Akhirnya mereka bertiga dibuang dan diizinkan ke negeri Belanda sehingga disana mereka dapat mempelajari banyak hal dari pada di daerah terpencil seperti rencana awal pengasingan. Sebuah tanah pengasihan yang tidak terlalu buruk untuk Ki hajar Dewantara dan kedua kawannya, mereka di Belanda memanfaatkan kesempatan tersebut untuk belajar dan mendalami masalah pendidikan dan pengajaran.

Kesempatan tersebut tak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantoro untuk menimba ilmu pendidikan dan pada kesempatan yang akan datang kebijakan pengasingan tersebut menghasilkan buah manis untuk pendidikan di Indonesia.

Wajah Pendidikan Indonesia

Kembalinya Ki Hajar Dewantoro dari negeri pengasingan membawa dampak besar terhadap wajah pendidikan di Indonesia, beliau lebih memusatkan perjuangan melalui pendidikan. Lewat pendidikan yang digunakan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantoro mendirikan sebuah Perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwiis Institut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa), perguruan tersebut merupakan wadah untuk menanamkan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka lebih mencintai bangsa dan tanah airnya dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Namun tak semudah itu perjalanan beliau karena pemerintah kolonial Belanda berupaya untuk menggagalkan Taman Siswa tersebut dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
            
Ajaran beliau yang merubah wajah pendidikan Indonesia yang terkenal sampai saat ini:

Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani”.

Yang berarti di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat dan dibelakang memberi dorongan.

Dengan penuh semangat memperjuangkan haknya akhirnya Ordonansi tersebut dicabut oleh pemerintahan kolonial Belanda. Walaupun Ki Hajar Dewantara sudah sibuk dengan Taman Siswanya namun beliau tetap rajin menulis, namun tema tulisannya tak seperti dulu lagi yang semula bernuansa politik beralih ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan tersebut Ki Hajar Dewantara brhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa indonesia. Aktivitas menulis tersebut terus berlanjut hingga zaman pendudukan Jepang ke Indonesia.

Kekuasan dan Cita-Cita Mulia

Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu orang penting sudah barang tentu tidak melupkan cita-citanya yang mulia yaitu memjukan pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Tahun 1943 saat pemerintahan Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) beliau dipercaya menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno dan Moh. Hatta, setelah kemerdekaan kemerdekaan indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk.

Pada masa pemerintahan Soekarno beliau ditunjuk menjadi menteri Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang pertama. Dengan jabatan yang diembannya beliau dapat dengan leluasa mencapai cita-citanya yang mulia dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewaantara mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya tanggal 28 April 1959 beliau meninggal dunia dan dimakamkan di Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) dengan bukti tanggal kelahiran beliau di peringati sebagai hari pendidikan nasional hingga sekarang, dan melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959 beliau juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Untuk mengenang jasa-jasa beliau pihak pengurus taman siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya Yogyakarta yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman.

Selain ajarannya di bidang pendidikan Ki Hadjar Dewantara juga meninggalkan pesan yang sangat baik untuk diteladani. Pesan tersebut kini dapat dilihat pada Museum Sumpah Pemuda di JI. Kramat Raya, Jakarta.

“Aku hanya orang biasa yang Bekerja untuk bangsa lndonesia dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan negara.
(Ali)

Selasa, 16 Desember 2014

ORGANISASI DAN MAHASISWA SATU KESATUAN


Ketika kita berbicara mahasiswa mungkin sudah tak asing lagi bagi orang awam untuk memaknainya. Seseorang yang di anggap sebagai kaum intelektual yang tak lain juga bagian dari sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat. Dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme.

Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa tidak sepantasnya bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat namun, bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.


Menjadi mahasiswa juga bukanlah hal yang mudah namun bisa kita permudah ketika kita bisa memainkan peran sesuai dengan mahasiswa yang semestinya. Menjadi mahasiswa jangan hanya menjadi mahasiswa biasa. Kita juga harus mengikuti pergaulan kampus, tentunya pergaulan yang mengarahkan hal yang positif bagi perkuliahan kita.


Di kampus kita juga harus membiasakan diri untuk menunjukkan rasa sosial kita yang tinggi. Hal itu bisa kita aplikasan dengan cara melalui organisasi yang ada di kampus. Di sana kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang positif di lingkungan kampus dan bisa memberikan contoh kepada rekan rekan dan junior yang nanti akan ikut bergabung.


Organisasi sebetulnya sangat penting bagi mahasiswa namun, kesadaran mahasiswa yang sangat minim untuk belajar organisasi. Padahal dengan berorganisasi kita mampu menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya tak hanya datang duduk di bangku kuliah sembari mendengarkan dosen memberi perkuliahan. Dengan berorganisasi kita bisa mengenal dunia kampus yang luas, mengenal akan problematika kampus dari mulai yang sederhana sampai tentang perdebatan politik yang selanyaknya seperti permasalahan dalam sebuah miniatur negara.


Dari situlah kita akan belajar menjadi aktor untuk berdiskusi memecahkan masalah. Jadi berbanggalah kalian yang menjadi pejuang rakyat dalam masyarakat kampus dan kalianlah orang orang yang mendapat kesempatan lebih untuk ada dalam bagian itu karena sesungguhnya organisasi dan mahasiswa tak kan bisa terpisahkan. Kita yang disatuan dalam satu ikatan untuk melangkah bersama menuju perubahan. (Mini)

 

Realisasi Kurikulum 2013 Baru 6 SMP dan 6 SMA yang Siap


Kurikulum telah mengalami 9 kali pergantian selama ini. Dari Kurikulum 1968 sampai kini yang terakhir Kurikulum 2013 (K-13). Bagaimana kesiapan lembaga menerapkan K-13?


Dalam sekian banyak pergantian kurikulum itu, selalu muncul hal baru yang menjadi ciri khasnya. Ciri khas itulah yang membedakan kurikulum satu dengan kurikulum yang lainnya. Namun, ciri khas yang menekankan pembelajaran berpusat pada siswa barulah terjadi sejak KBK 2004 lalu.

Menurut penuturan dosen Pengembangan Kurikulum FKIP-PGSD Unirow Tuban Drs. Rusman perubahan kurikulum yang terjadi tersebut dikarenakan kurikulum selalu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kondisi kejiwaan peserta didik dan juga budaya masyarakat yang selalu berubah.

“Kurikulum tercipta sebagai alat untuk menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Bukan hanya itu, Kurikulum diharuskan dapat menyesuaikan dengan kejiwaan anak. Bahkan, Kurikulum dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan sosial-budaya masyarakat,” jelasnya. Lebih dari itu, dia menegaskan jika tidak ada kurikulum, maka pendidikan hanyalah ibarat mobil yang tak terkendali dan tanpa tujuan.

Kini Kurikulum yang sedang dalam proses dijalankan adalah Kurikulum 2013 (K-13). Di Kabupaten Tuban, dari total jumlah SMP-SMA-SMK yang ada, baru 6 SMP dan 6 SMA yang telah siap menerapkan K-13.

Diantara SMP yang telah siap menerapkan K-13 adalah SMP N 1 TUBAN, SMP N 2 TUBAN, SMP N 3 TUBAN,SMP N 5 TUBAN,SMP ISLAM BEJAGUNG, dan SMP KENDURUAN.

Sementara SMA yang telah siap adalah  SMA N 1 TUBAN, SMA N 2 TUBAN, SMA N 3 TUBAN, SMA N 4 TUBAN, SMA N 1 PLUMPANG dan SMA 1 KENDURUAN. Sementara itu, di Kabupaten Tuban, belum ada 1 SMK pun yang telah siap menerapkan K-13.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Dra. Heny Indriyana, MM, kasi Kurikulum SMP, SMA, SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban. Ditanya kesiapan menerapkan K-13, Heny menyatakan bahwa tahun depan seluruh sekolah akan telah menerapkan K-13, kecuali SMK.

Dia menilai K-13 untuk SMK masih sulit untuk diterapkan. Pasalnya, kendala yang menghambat adalah ketersediannya guru untuk mata pelajaran produktif di setiap jurusannya.

“Kalau SMK itu sulit karena terkendala dari kelas produktifnya. Guru pengajarnya yang tidak banyak,” ungkapnya. Meskipun demikian, dia mengaku akan tetap berusaha menyukseskan terlaksananya K-13.

Untuk pelaksanaan K-13 sementara, dia mengaku Kabupaten Tuban termasuk kabupaten yang telah menerapkan K-13 dengan baik. Hal itu dibuktikan dari 4 kali monitoring yang dilakukan oleh Direktorat terkait, kesemuanya mendapat penilaian baik.

“Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sudah benar-benar bersih, maksudnya sudah dilaksanakan dengan baik,” ungkapnya.

Ditemui wartawan LPM, M. Sahli, waka kurikulum SMA N Montong, mengatakan bahwa SMA-nya belum menerapkan K-13. Dia mengaku pada 5 Mei mendatang baru akan mengikuti workshop K-13 di Bandung. “Tahun depan semua sekolah serentak menerapkan K-13, termasuk SMA kami,” ungkapnya.

Ditanya keunggulan K-13 dari kurikum-kurikulum sebelumnya, baik Heny maupun Sahli menjelaskan bahwa K-13 lebih menekankan pada kemandirian siswa untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

“Siswa itu sendiri yang mencari dan terus mencari.Aktif dalam hal yang baru.Belajar. Dengan sistem yang demikian, maka akan mudah untuk mencapai sistem pendidikan nasional,” ungkap Heny. (ifa)

KONSULTASI


Hai sahabat setia Waskita, kali ini kita hadir dalam penampilan baru lho ! kalau biasanya kita hadir lembaran, kali ini kita menyapa para sahabat dengan buletin kebanggan kita. Para sahabat setia sekalian pada rubrik ini kita akan membahas berbagai permasalahan yang mungkin sering kita jumpai atau bahkan kita alami sendiri. Dalam rubrik konsultasi, kali ini kita mengambil pokok bahasan “Bagaimana kita membagi waktu ???”. Dalam hal ini kita sudah menampung keluhan dari responden, yang mana responden ini enggan untuk menyebutkan identitasnya. But it’s okay guys, yang penting dari permasalahan berikut kita semua akan mengambil banyak ilmu dan manfaat. Langsung saja ya ....
Pertanyaan (1): “saya adalah seorang ibu rumah tangga muda, saya juga tercatat sebagai mahasiswa. Sebentar lagi, kita semua akan menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS), yang saya tanyakan, bagaimana caranya agar saya dapat membagi waktu antara mengurus rumah tangga, anak, suami, belajar, serta mengerjakan tugas-tugas kampus ??? Terima kasih atas jawabannya”
Pertanyaan (2): “Saya ini mahasiswa semester IV mbak (red), pada semester ini saya banyak dihadapkan dalam permasalahan tugas-tugas yang menumpuk, terus juga pekerjaan saya yang tidak bisa saya tinggalkan, sempat terpikir apa lebih baik saya keluar saja dari kuliah, tapi sayang kan tinggal sebentar lagi, tolong solusinya ya mbak (red). Terima Kasih J
Dari dua pertanyaan tersebut pernah nggak sih kita merasakannya,, jujur kalau redaksi juga pernah. Bermodal pertanyaan diatas, redaksi langsung menemui ahli kita dalam bidang psikologi remaja. Siapa lagi kalau bukan Ibu Dosen kita yang modis ini, beliau adalah Dra. Kholifah, P.Si, M.Pd. mungkin bagi para mahasiswa FKIP tidak asing lagi dengan peringai sederhana beliau. Beliau adalah ibu dosen sekaligus Pembantu Rektor II. Kenapa saya memilih beliau sebagai tempat curhat saya? Karena redaksi beranggapan bahwa beliau adalah sosok yang sabar, kalem dan santai dalam tutur kata. Kalau berbicara beliau seperti ibu kita sendiri, jadi redaksi langsung menjatuhkan pilihan pada ibu dosen kita yang selalu tampil modis ini. Menurut Bu Kholifah (sapaan akrab) Mahasiswa masih tergolong sebagai mahasiswa, walau ada pula mahasiswa yang telah berusia dewasa. Kenapa demikian, karena mahasiswa sering mempermasalahkan suatu masalah yang semestinya bukan masalah. Singkatnya, masalah seseorang itu ada karena mereka beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu masalah. Begitu menurut ilmu psikologi. Bu Kholifah juga beranggapan bahwa risiko menjadi mahasiswa harus siap dengan segala konsekuensinya. “Namanya kuliah ya sudah pasti banyak tugas, setiap pekerjaan itukan ada sebab akibatnya.” Jadi begini sahabat sekalian, apabila kita menhadapi masalah seperti yang tersebut diatas, tidak sepantasnya kita mengeluh,tapi bagaimana kita mengatasinya. “dari pada kita capek mengeluh, kan lebih baik kalau kita capek mikir solusinya.” Pesan Bu Kholifah. Penyelesaian masalah itu tergantung pada diri manusia itu sendiri dalam mengatasinya. Untuk teman-teman yang memiliki masalah dalam hal membagi waktu, Bu Kholifah punya pesan yang cukup efektif, “Dalam diri manusia semua bagian punya batas kapasitas masing-masing, apabila kita merasa bahwa waktu 24 jam kurang untuk mengerjakan dua hal atau lebih dalam waktu bersamaan, sudah pasti hal itu mustahil. Tapi memanagement waktu itu sangat penting. Karena mahasiswa yang pandai membagi waktu dan pikirannya adalah mahasiswa yang sukses.” Kita tidak perlu merasa iri pada teman-teman kita yang tidak memiliki beban pikiran lain selain kuliah, tapi kita patut berbangga diri karena mampu menyelesaikan banyak hal dalam satu kesempatan. Mungkin penjabaran diatas mampu memberikan sedikit wawasan pada kita semua. Redaksi mohon maaf bila jawaban diatas kurang lengkap, apabila teman-teman ingin berkonsultasi tentang apa saja silahkan kirimkan email atau datang langsung ya di camp LPM. Sampai jumpa !!! (Tatik)

Mengenali Psikologi Pelajar Jelang Ujian

sumber: Google

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi (personality) yang lahir berdasarkan pemikiran, teori, ilmu atau bahkan hasil praktek penanganan kasus oleh seorang ahli.

Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) yang dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan. Sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah sewajarnya bila secara implisit dalam pendidikan mengandung masalah penilaian terhadap hasil belajar tersebut, karena sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu tak dapat dipisah-pisahkan dari usaha pendidikan itu sendiri.

Penilaian merupakan salah satu aspek yang hakiki daripada usaha itu sendiri. Sedangkan ujian adalah usaha penilaian yang dilakukan guru atau lembaga pendidikan dalam rangka mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atau peserta didik akan segala materi dan pengetahuan yang telah diterimanya selama proses belajar. Biasanya ujian ini berbentuk lisan maupun tes tulis.

Di dalam proses penilaian atau ujian ini sering kali terjadi perubahan psikologi atau kepribadian seorang siswa. Sering kali ujian ini menimbulkan efek depresi yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, pola pikir dan tingkah laku siswa. Untuk mengenali berbagai permasalah yang sering terjadi di kalangan pelajar tersebut. Ada sebuah kewajiban bagi kita untuk melakukan studi lanjut mengenai kepribadian ataupun psikologi pelajar

Objek pembahasan kepribadian adalah”human behavior, perilaku manusia yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut. Dengan adanya keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan “keadaan” si anak didik.

Karena itu pengetahuan psikologis mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan. Pada hakikatnya psikologi pendidikan itu dibutuhkan oleh setiap orang.

Kenyataanya bahwa pada dewasa ini hanya para pendidik profesional saja yang mempelajari psikologi pendidikan. Bagaimana mungkin hal tersebut bisa diabaikan. Menurut dosen perekembangan peserta didik dan konseling, Dra. Kholifah, P.Si, M.Pd., perubahan psikologi atau kepribadian pada diri pelajar itu hal yang sangat wajar. Karena pelajar itu termasuk dalam golongan remaja labil.

Pengertian remaja labil disini adalah remaja yang masih belum mampu mematangkan pola pikir mereka. Untuk itu perhatian dari pendidik selaku pengasuh di satuan pendidikan, memahami atau mengenali perubahan-perubahan pelajarnya adalah hal yang patut dianggap wajib. Alangkah baiknya apabila pemerintah daerah maupun pusat memperhatikan hal ini.

Bagaimanakah cara seorang pendidik mengenali perubahan psikologi pelajarnya?? Pertanyaan sangat penting untuk diketahiui jawabannya. Karena dari pertanyaan sederhana tersebut akan membantu para pemdidik dalam mengontrol pelajarnya, memahami pola pikir dan kepribadian mereka yang mana dengan keuntungkan tersebut kita mampu meningkatan model belajar mengajar yang akan membantu meningkatan mutu dan kualitas pendidikan negara kita.

Jika ditanya apakah psikologi pendidikan itu? Maka akan lebih konkret lagi, psikologi pendidikan itu membicarakan apa saja, maka akan didapatkan jawaban yang bermacam-macam. Dan masalah penilaian hasil-hasil pendidikan bukanlah masalah baru, ujian adalah cara yang paling umum dilakukan dalam usaha tersebut. (Tatik)


Gadget dan Kebiasaan Mencontek

sumber: Google


 Tekhnologi di abad 21 kini  berkembang  pesat di lingkungan masyarakat.  Hampir di setiap aktivitas manusia tak bisa lepas dari yang namanya teknologi. Menurut Gary  J Anglin   (1991), “Teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia”. selain efisiensi yang dibutuhkan, efektifitas menjadi prioritas masyarakat yang bergerak cepat.

Seperti  penggunaan gadget yang begitu fenomenal saat ini. Gadget adalah sebuah alat komunikasi yang menjadi kebutuhan sebagian besar manusia di era ini. Menurut data yang tercatat di Kementerian Komunikasi dan  Informatika, angka masyarakt pengguna gadget di Indonesia menyentuh 240 juta unit. Tidak dapat dipungkiri, selayaknya dua sisi mata uang yang berbeda. Seiring berkembangnya teknologi, sedikit banyak  akan membawa perubahan pada pengguna teknologi tersebut.

Saat ini, pengguna yang didominasi dari kaum pelajar tak hayal jumlah gadget semakin meningkat. Kehadiran gadget, seperti  iphone ataupun smartphone yang semestinya membawa hal baik untuk menambah pengetahuan seringkali di gunakan untuk hal tidak semestinya, menyontek saat ujian. Memang dalam kasus menyontek, para pelajar memanfaatkan untuk menambah khasanah kepengetahuan dari gadget tersebut. Namun tidak sepatutnya memanfaatkan gadet pada saat ujian berlangsung.

Dalam ujian selalu ada peraturan yang tegas dari pihak sekolah atau kampus, yang salah satunya tidak memperkenankan siswanya mengaktifkan apa lagi menggunakan alat komunikasi yang dimiliki. Tujuannya jelas agar melatih siswa belajar bertanggung jawan serta  mandiri dalam mengerjakan soal yang diujikan. Namun pada kenyataannya, dengan adanya perkembangan tekhnologi  komunikasi ditambah kemudahan mengakses internet kesempatan menyontek semakin meningkat.

Mayoritas gadget yang dimiliki palajar ataupun mahasiswa saat ini, minimal tersedia feature web, atau mentok untuk berkirim pesan. Dengan memanfaatkan feature  tersebut, semakin  mempermudah pelajar  ataupun mahsiswa untuk mencari jawaban dan bertukar jawaban. Bahkan di web,  ditemukan beberapa artikel yang mengulas mengenai “Tips sukses menyontek sata ujian”.  Dengan memanfaatkan gadget, seolah menjadi dewa penolong bagi pelajar yang mengatasnamakan bekerja sama dan solidaritas antar teman. Mementahkan bahwasanya menyontek itu suatu hal yang tidak jujur.

Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa menyontek  terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi tertekan (underpressure), atau  apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki.

Tuntutan dari orang tua, sistem pendidikan, dan lingkungan menempatkan siswa atau mahasiswa pada titik terendah dalam hidupnya, underpressure, dan menyontek merupakan pilihan terakhir . Duduk di bangku pendidikan dan  berprestasi di bidang akademik menjadi tolak ukur keberhasilan dai suatu jenjang pendidikan. Didukung gadget yang memadai, tidaklah perlu belajar semalam suntuk untuk dapat mengisi soal ujian. Cukup mengandalkan kelihaian menggunakan feature gadget, semua urusan terselesaikan.

Dengan adanya fasilitas gadget canggih, kesempatan dan niatan untuk menyontek secara tidak langsung telah memberikan pengajaran, bahwa segala sesuatu itu dapat diraih dengan mudah melalui kecurangan, tanpa harus bekerja keras dan belajar. Lalu bagaimana dengan masa depan genrasi muda kita? Tak menutup kemungkinan, di masa mendatang kebiasaan menyontek  yang terbentuk menjadi cikal bakal tindakan korupsi.

Dari tindak menyontek sewaktu jadi siswa atau mahasiswa, apakah ada  korelasi terhadap kasus-kasus  korupsi yang terjadi saat ini. Apakah demi sebuah pencapaian niali bagus lebih penting dari pada  kejujuran? (Dwi Rahayu)